Langsung ke konten utama

SEMUA HASIL SURVEY PILKADA JABAR SERAGAM - KECUALI SATU





Memilih yang terbaik diantara orang orang yang baik bukanlah perkara mudah, hal ini yang saat ini terjadi di Jawa Barat. Empat pasang kandidat yang memiliki kekuatan tersendiri tengah bertarung demi masa depan Provinsi Jawa Barat yang lebih baik.


Pada artikel sebelumnya telah dibahas mengenai popularitas social dari ke empat pasangan calon PILGUB JABAR ini dengan hasil yang menujukan bahwa hanya ada 2 pasang kandidat yang memiliki nilai popularitas social yang cukup mumpuni yaitu Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum dan Deddy Mizwar-Deddy Mulyadi. Selanjutnya temuan ini bisa kita coba cross check dengan hasil pengumpulan data primer lembaga survey.


Saya coba ambil release hasil survey dari 4 lembaga survey yaitu Indo Barometer, SMRC, Litbang Kompas dan Cyrus Network. Hasilnya cukup menarik dan sebagian besar menunjukan hal yang sama yaitu mengunggulkan pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum  kecuali Litbang Kompas.








Pada umumnya survey mengambil sample sebanyak 800 responden dengan margin of error 3.5% namun pada kenyataannya satu lembaga survey menunjukan hasil yang berbeda. Sebetulnya hal ini wajar dan sah-sah saja karena selain jumlah sample, metode pengambilan sample juga sangat berpengaruh terhadap hasil dan kesimpulan. Missal pengambilan sample yang tidak acak terlalu terkonsentrasi di basis masa kelompok dengan kesamaan pilihan akan memberikan hasil yang berbeda.


Statistisi terkemuka G.E.P Box pernah mengatakan "All model are wrong but some are usefull" jadi saya yakin semua hasil riset diatas berpotensi salah namun setidaknya bermanfaat sebagai indikasi bagi internal para calon pendukung untuk bersiap dan memformulasikan strategi. Dari pengalaman sebelum-sebelumnya hasil survey ini bisa berubah drastis beberpa saat sebelum pemilu dimulai tergantung faktor eksternal yang sangat bervariasi.












Referensi


1. Indo Barometer




2. SMRC




3. Litbang Kompas




4. Cyrus Network
https://katadata.co.id/berita/2018/02/05/survei-pilgub-jabar-ridwan-kamil-uu-dan-deddy-dedy-bersaing-ketat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengumpulkan Informasi Yang BERSERAKAN dan Menyambung Titik-Titik Yang TERPUTUS

Tidak terasa pemilihan presiden republik Indonesia 2019 telah didepan mata, hajat demokrasi 5 tahunan yang selalu dinanti gegap gempita oleh masyarakat Indonesia ini akan  menjadi waktu dimana masyarkat harus memilih yang terbaik diantara banyak pilihan yang baik.   Dunia saat ini banyak berubah, hampir seluruh informasi yang kita perlukan untuk mengambil keputusan tersedia di Internet, terlebih dengan penetrasi social media dan para penggunanya yang sukarela membagi pandangan opini dan komentar secara terbuka, hal ini mempermudah kita untuk melakukan observasi juga pengecekan trend topik-topik hangat yang terus dibahas dengan intensitas yang semakin meningkat.   Pada bulan Maret tahun 2013 kami pernah melakukan pengecekan popularitas sosial calon presiden (selengkapnya bisa di cek disini ) dengan pendekatan sederhana melalui pengecekan nama brand dalam hal ini nama calon presiden juga wakilnya yang muncul dalam hasil pencarian di Google juga percakapan berulang ya...

Buang Ratusan Juta Per Tahun Ternyata Bisa Gratis

Di era revolusi industri ke 4 saat ini, hampir semua perusahaan berlomba-lomba untuk memberikan perhatian, waktu dan budget yang besar untuk penerapan Business Analytics . Salah satu pengeluaran terbesar perusahaan untuk menjalankan operasional analytics adalah software license yang digunakan untuk menganlisis persoalan dan membuat model prediktif. Banyak pilihan yang dapat digunakan oleh perusahaan mulai dari membeli software analytics and modeling berlisensi dengan biaya mulai dari ratusan juta rupiah per aksess pengguna sampai dengan menggunakan open source atau freeware . Secara garis besar, faktor utama dari pemilihan software ini terbagi menjadi 3 yaitu : Power         : Kekuatan dan kemampuan tools itu sendiri dalam pengolahan dan analisis data Simplicity  : Kemudahan operasional dalam pemakaian alat Budget       : Biaya yang ada untuk membeli license tools Tentu saja jika suatu software semakin ba...

Membentuk Team Data Analytics dan Menghidari Kebocoran Budget

Maraknya badan usaha di Indonesia yang berminat untuk membentuk divisi Big data analytics di lingkungan internal perusahaan nampaknya masih belum seimbang dengan pengetahuan praktis penerapan di lapangan. Banyaknya acara sharing sessions, training dan kursus gratis maupun komersial terkait Big Data dan Customer Analytics  (BDCA) saat ini masih sibuk di tahap teknikal penggunaan alat juga teknis pengolahan informasi yang akhirnya membuat calon pengguna lupa tujuan utama dari perusahaan membentuk divisi BDCA yaitu meng akselerasi pertumbuhan dan efisiensi bisnis. Kalau kita kembalikan lagi ke objektif di awal tentang akselerasi pertumbuhan dan efisiensi binsis coba sekarang kita cek lagi  dari sekian banyak perusahaan yang membeli solusi atau alat terkait Big Data Analytics berapa banyak yang sudah mendapatkan keuntungan secara nyata atau setidaknya tutup modal. Olehkarenanya strategi pembentukan tim dan strategi penerapan secara bertahap sangat penting kare...