Langsung ke konten utama

Mengumpulkan Informasi Yang BERSERAKAN dan Menyambung Titik-Titik Yang TERPUTUS

Tidak terasa pemilihan presiden republik Indonesia 2019 telah didepan mata, hajat demokrasi 5 tahunan yang selalu dinanti gegap gempita oleh masyarakat Indonesia ini akan  menjadi waktu dimana masyarkat harus memilih yang terbaik diantara banyak pilihan yang baik.
 
Dunia saat ini banyak berubah, hampir seluruh informasi yang kita perlukan untuk mengambil keputusan tersedia di Internet, terlebih dengan penetrasi social media dan para penggunanya yang sukarela membagi pandangan opini dan komentar secara terbuka, hal ini mempermudah kita untuk melakukan observasi juga pengecekan trend topik-topik hangat yang terus dibahas dengan intensitas yang semakin meningkat.
 
Pada bulan Maret tahun 2013 kami pernah melakukan pengecekan popularitas sosial calon presiden (selengkapnya bisa di cek disini) dengan pendekatan sederhana melalui pengecekan nama brand dalam hal ini nama calon presiden juga wakilnya yang muncul dalam hasil pencarian di Google juga percakapan berulang yang terjadi di media sosial.  Pendekatan serupa akan juga akan dilakukan pada bahasan kali ini.
 
Menyambut pemilihan presiden di 2019,  jika kita bandingkan 5 nama calon yang sering muncul dalam pencarian, hasil observasi dengan bantuan google trend [Refrensi 4] menunjukan bahwa pencarian dengan nama Joko Widodo masih jauh lebih tinggi mengalahkan nama lainnya.


Selanjutnya jika kita coba cek dan bandingkan 5 nama lain yang diperbincangkan kemungkinannya untuk menjadi calon wakil presiden, data menunjukan bahwa ibu Sri Mulyani belakangan ini makin banyak muncul di mesin pencarian disusul oleh ibu Susi dan Bapak Moeldoko. Jika kita ganti kacamata observasi dari mesin pencarian menuju perbincangan di social media dengan bantuan web socialmentions [Refrensi 3 ] berikut rangkuman temuan menarik hasil observasinya. 
 

 
Beberapa nama populer sebagai calon presiden saya coba kelompokan di Tabel 1, hasil pengumpulan informasi menunjukan bahwa bapak Joko Widodo dan bapak Gatot Nurmantyo  adalah dua nama yang sering didikusikan di mendia sosial dan dijadikan referensi oleh banyak orang sedangkan bapak Anies Baswedan dan pak Prabowo adalah brand atau nama  yang sering didiskusikan secara berulang sosoknya oleh warganet. 
 
Untuk calon wakil presiden saya coba kumpulkan di tabel popularitas sosial 2. Hasil observasi menunjukan bahwa ibu Susi Pudjiastuti  dan Bapak Moeldoko adalah sosok yang populer di media social, namun ada yang menarik yaitu bapak Airlangga Hartanto yang dari hasil observasi indexnya menujukan sangat balance dari seluruh sisi.
 
Hasil pengumpulan informasi dari Internet bisa disimpulkan kurang lebih sebagai berikut:
  1. Dari trend pencarian, nama Bapak Joko Widodo masih jauh lebih tinggi dibanding nama lainnya
  2. Secara popularitas sosial untuk group calon presiden bapak Joko Widodo dan bapak Gatot Nurmantyo terlihat lebih populer dibanding kandidat lainnya.
  3. Jika calon presiden lebih memilih calon wakil presiden dengan popularitas sosial tinggi maka pilihannya ibu Susi Pudjiastuti dan Ibu Srimulyani tapi jika memilih yang Balance maka Bapak Airlangga Hartanto pilihannya. Tentunya pilihannya akan mengikuti prioritas permasalahan yang dihadapi nantinya apakah ekonomi, keamanan atau lainnya.
 
Melihat hasil pengumpulan informasi dari internet tidak lengkap rasanya kalau tidak di cross check dengan hasil pengumpulan data primer teman-teman lembaga survey. Dalam hal ini saya coba ambil beberapa temuan dari hasil riset lembaga survey poltracking [Refernsi 1] dan indobarometer [Referensi 2], secara pribadi saya lebih suka hasil riset poltracking karena hasilnya lebih terstruktur dan simple juga lebih mudah dicerna.
 
Hasil riset poltracking menunjukan bahwa hanya ada 2 figur data ini dengan angka keterpilihan diatas 2 digit yaitu bapak Joko Widodo dan Bapak Prabowo Subiyanto, dari hasil observasi poltracking ini bisa dilihat hasil observasi trend  di internet kurang lebih sejalan yaitu brand atau nama Joko Widodo masih unggul. 






 
Begitu juga dengan hasil riset indobarometer,  Nama calon presiden yang dikenal publik (>50%) hasilnya masih sejalan dengan temuan trend di Internet
  1. Joko Widodo (97%)
  2. Jusuf Kalla (91.5%)
  3. Prabowo Subianto (87.7%)
  4. Megawati Soekarnoputri (84.7%)
  5. Anies Baswedan (84.6%)
  6. Agus Harimurti Yudhoyono (68.5%)
  7. Hary Tanoesoedibjo (64.1%)
  8. Surya Paloh (62.5%)
  9. Gatot Nurmantyo (57.6%).
 
IndoBarometer dan Poltracking  mengambil sample di 34 provinsi jumlah sample 1200 margin of error 2.83% .  Release hasil riset Poltracking patut diapresiasi karena menjelaskan secara rinci metode pengambilan sample secara teknisnya di lapangan selengkapnya bisa di cek di Referensi 1.
 
Detail release riset IndoBarometer juga menarik untuk disimak karena menyampaikan tingkat kepuasan terhadap pemerintah saat ini beserta beberapa alasn utamanya yang bisa jadi sebagai salah satu faktor tinggi nya popularitas presiden saat ini selengkapnya bisa di jek di Referensi 2.
 
Terlepas dari hasil temuan pengumpulan informasi di internet juga hasil riset lembaga survey,  jika kita coba amati beberapa hasil pemilihan umum saat ini hasilnya sangat bergantung dari kondisi akhir mendekati hari H. Jadi semua kemungkinan yang ada dan kemungkinan yang baru yang luput dari observasi bisa sangat mungkin terjadi.
 
Apapun yang terjadi nanti dan siapapun yang terpilih nanti harus diyakini sebagai pilihan terbaik bersama juga harus berfikir positif bahwah kita memilih terbaik diantara yang terbaik, stop menjadi agen penyebar berita berantai yang tidak jelas asal usulnya juga berita HOAX yang akan mengotori juga memperkeruh keadaan.
 
Referensi
 
[1] https://poltracking.com/peta-elektoral-kandidat-prediksi-skenario-koalisi-pilpres-2019.html
 
  
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buang Ratusan Juta Per Tahun Ternyata Bisa Gratis

Di era revolusi industri ke 4 saat ini, hampir semua perusahaan berlomba-lomba untuk memberikan perhatian, waktu dan budget yang besar untuk penerapan Business Analytics . Salah satu pengeluaran terbesar perusahaan untuk menjalankan operasional analytics adalah software license yang digunakan untuk menganlisis persoalan dan membuat model prediktif. Banyak pilihan yang dapat digunakan oleh perusahaan mulai dari membeli software analytics and modeling berlisensi dengan biaya mulai dari ratusan juta rupiah per aksess pengguna sampai dengan menggunakan open source atau freeware . Secara garis besar, faktor utama dari pemilihan software ini terbagi menjadi 3 yaitu : Power         : Kekuatan dan kemampuan tools itu sendiri dalam pengolahan dan analisis data Simplicity  : Kemudahan operasional dalam pemakaian alat Budget       : Biaya yang ada untuk membeli license tools Tentu saja jika suatu software semakin ba...

Membentuk Team Data Analytics dan Menghidari Kebocoran Budget

Maraknya badan usaha di Indonesia yang berminat untuk membentuk divisi Big data analytics di lingkungan internal perusahaan nampaknya masih belum seimbang dengan pengetahuan praktis penerapan di lapangan. Banyaknya acara sharing sessions, training dan kursus gratis maupun komersial terkait Big Data dan Customer Analytics  (BDCA) saat ini masih sibuk di tahap teknikal penggunaan alat juga teknis pengolahan informasi yang akhirnya membuat calon pengguna lupa tujuan utama dari perusahaan membentuk divisi BDCA yaitu meng akselerasi pertumbuhan dan efisiensi bisnis. Kalau kita kembalikan lagi ke objektif di awal tentang akselerasi pertumbuhan dan efisiensi binsis coba sekarang kita cek lagi  dari sekian banyak perusahaan yang membeli solusi atau alat terkait Big Data Analytics berapa banyak yang sudah mendapatkan keuntungan secara nyata atau setidaknya tutup modal. Olehkarenanya strategi pembentukan tim dan strategi penerapan secara bertahap sangat penting kare...